MENANGGAPI KATA PENGANTAR AHMAD SA’DULLAH ABDUL ALIM DARI PASURUAN
Dari Buku: Ulama Nusantara Menggugat Nasab Palsu
Di antara yang dikatakan saudara Ahmad Sa‘dullah Abdul Alim dalam kata pengantarnya adalah sebagai berikut:
―Itulah sebabnya ketika beberapa tahun belakangan ini muncul syubhat (opini sesat) yang membatalkan keabsahan nasab (Red: Habaib) Ba 'Alawi, kebanyakan orang tergilas oleh gelombang opini itu, sehingga sebagian dari mereka kebingungan tanpa mengetahui arah yang benar, sebagian lagi terseret pada kubu-kubu yang berbeda bukan karena mengetahui ilmunya, namun lebih karena mengikuti tokoh panutannya.
Tidak hanya itu, sebagian tokoh yang dianggap alim sekalipun ada yang terbawa arus ikut menyangsikan atau bahkan membatalkan nasab Ba 'Alawi, kendati mereka bertopeng di balik retorika ilmiah, semisal meminta bukti tes DNA, atau menuntut adanya catatan pada kitab sezaman, tanpa mau peduli jika DNA tidak bisa dijadikan sebagai standar nasab, dan keberadaan kitab sezaman bukan satu-satunya standar penetapan nasab. Hal demikian sama sekali tidak aneh, karena orang yang alim di sejumlah disiplin ilmu keislaman sekalipun belum tentu memahami standar-standar ilmu nasab.
Karena itu, setelah melihat isi dari buku ini yang begitu lengkap; membahas standar-standar penetapan nasab secara umum, dan menolak syubhat-syubhat Saudara Imaduddin Banten secara khusus, saya sangat bersyukur dan gembira sekali, karena ulasan tentang nasab pada buku ini didasarkan pada data-data ilmiah yang kredibel, sesuai dengan standarstandar ilmu nasab yang diakui oleh semua Naqabah Ansab di seluruh dunia, dan ditulis oleh para pakar nasab dunia, baik di masa lalu maupun pada masa kini.
JAWABAN KIYAI IMAD (Red):
Dari ungkapan di atas ada beberapa yang perlu ditanggapi di antaranya ia mengatakan bahwa penelitian ilmiyah yang membatalkan dengan meyakinkan nasab Ba‘alwi adalah sebuah opini sesat. Dari sini kita mengetahui bahwa Abdul Alim tidak membaca dengan benar tesis yang penulis tuangkan dalam berbagai kitab dan buku serta artikelartikel penulis.
Opini itu, apalagi disebut opini sesat, adalah pikiran untuk menerangkan preferensi atau kecenderungan perspektif yang memiliki sifat tidak objektif serta tidak didukung oleh fakta atau pengetahuan positif. Sedangkan semua rangkaian tesis penulis tentang batalnya nasab Ba‘alwi terbingkai oleh susunan-susunan dalil yang kuat.
Ia berdasarkan literature kitab nasab mulai abad ke-4 sampai ke-13. Di mana Ba‘alwi yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW itu mengklaim mereka keturunan Nabi melalui jalur Ubaid bin Ahmad bin Isa yang hidup di abad ke-4 Hijriyah. sedangkan seluruh kitab-kitab nasab sebelum abad ke-9 Hijriyah tidak ada yang mengkonfirmasi Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaid.
Pengakuan klan Ba‘alwi sebagai keturunan Nabi mulai muncul di abad ke-9 H. pengakuan sepihak itu bertentangan dengan kitabkitab nasab sebelumnya. Mampukah saudara Abdul Alim mendatangkan dalil kitab nasab sebelum abad ke-9 H. yang menyebut Ubaid sebagai anak Ahmad? jika tidak mampu maka apa alasan saudara menyambungkan nasab Ba‘alwi tersebut? Apakah saudara tidak menyadari bahwa memasukan orang yang bukan keturunan Nabi Muhammad SAW ke dalam keturunannya adalah perbuatan yang berdosa dan mendegradasi kemulian Nabi dan keturunannya yang asli?
Bagaimana jika para penyusup ini berbuat dzalim terhadap umat Nabi dengan membawa nama Nabi? Fakta telah berbicara banyaknya orang-orang fasik di antara mereka dari mulai peminum khamar, pembegal motor, pezina, pen-sodomi, penipu, pembunuh, perampas harta manusia dengan batil, pemalsu kuburan, perubah sejarah NU, sejarah Indonesia, apakah saudara mau bertanggung jawab? Apakah seperti itu adalah cerminan dari keturunan Nabi? Tidak, sekali-kali tidak.
Jika anda mengatakan bahwa keturunan Nabi sebagai seorang manusia biasa tidak terbebas dari maksiat itu betul. Tetapi pernyataan demikian hanya sebagai ibrah (pelajaran) bukan sebagai kebiasaan yang banyak terjadi berulang. Jika hal demikian terjadi berulang, bahkan kemudian telah menjadi pola, apakah kekuatan ketersambungan nasab dengan Baginda Nabi itu tidak ada manfaatnya untuk membuat para keturunannya menjadi manusia-manusia yang patut ditauladani? Sungguh para dzuriyat Nabi yang asli akan memiliki ―cahaya nabawiyah‖ yang akan mengarahkannya cenderung dalam kesucian.
فذكّرْ إنْ نَ فَعَتِ الذكْرى
Imaduddin Utsman Al-Bantani

This post have 0 comments
Terima kasih kunjungannya, silahkan beri komentar ...
EmoticonEmoticon